Jumat, 04 Juli 2014

Tugas Portofolio 4



A.  Terapi Kelompok
1.     Konsep Dasar Terapi Kelompok
a.      Terapi Kelompok adalah psikoterapi yang dilakukan pada sekelompok klien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain dipimpin oleh seorang terapis atau petugas kesehatan jiwa yang terlatih. (Direktorat Kesehatan Jiwa).
b.     Terapi kelompok adalah perawatan modalitas untuk lebih dari satu orang yang menyediakan hasil yang terapeutik untuk individu. (Deborah Atai Otong).
c.      Terapi Kelompok adalah bentuk terapi yang melibatkan satu kelompok dari pertemuan yang telah direncanakan oleh seorang terapis yang ahli untuk memfokuskan pada satu atau lebih dalam hal :
·        Kesadaran dan pengertian diri sendiri.
·        Memperbaiki hubungan interpersonal.
·        Perubahan tingkah laku.
d.     Terapi Kelompok adalah proses keperawatan teurapeutik yang dilakukan dalam kelompok. (Judih Haber)
       Jadi dapat disimpulkan bahwa Terapi kelompok merupakan metoda pekerjaan sosial yang menggunakan kelompok sebagai media proses pertolongan profesional. Maksudnya ialah individu-individu yang mengalami masalah sejenis disatukan dalam kelompok penyembuhan dan kemudian dilakukan terapi dengan dibimbing atau didampingi oleh seorang atau satu tim petugas kesehatan.
2.     Unsur-Unsur Terapi
a.      Munculnya gangguan
·        Indikasi :
   Klien Psikotik seperti kecemasan, panik, depresi ringan.
   Klien yang mengalami stress dalam kehidupan penyakit / kematian.
   Klien dengan masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan.
   Klien dengan gangguan keluarga, ketergantungan, dan sejenisnya.

·        Kontra indikasi :
   Waham
   Depresi berat
   Sosio / Psikopat
   Sedang menjalani terapi lain
   Tidak ada harapan sembuh
   Pembosan

b.     Tujuan terapi
·        Tujuan Umum :
   Meningkatkan kemampuan uji realita
   Membentuk sosialisasi
   Meningkatkan fungsi psikologis : meningkatkan kesadaran tentang hubungan antara reaksi emosional dengan perilaku defensive
   Membangkitkan motivasi bagi kemampuan fungsi kognitif dan afektif

·        Tujuan Khusus :
   Meningkatkan identitas diri
   Menyalurkan emosi
   Keterampilan hubungan social

·        Tujuan Rehabilitatif :
   Meningkatkan kemampuan hidup mandiri
   Soialisasi di tengah masyarakat
   Empati
   Meningkatkan pengetahuan problema hidup dan penyelesaian.
c.      Peran Terapis
Peran Kelompok Pemimpin perlu mengobservasi peran yang terjadi dalam kelompok. Ada beberapa peran dan fungsi kelompok yang ditampilkan anggota kelompok daslam kerja kelompok yaitu maintenance roles yaitu peran serta akyif dalam proses kelompok dan fungsi kelompok. Task roles yaitu focus pada penyelesaian tugas, dan individual roles adalah self centered dan distraksi pada kelompok. Peran Terapis yang terpenting dalam konseling/terapi kelompok adalah konselor/terapis harus mempunyai dasar teori dan terlatih untuk memimpin kelompok, karena dikuatirkan membuat lebih buruk keadaan.

3.     Teknik-Teknik Terapi
·        Kelompok eksplorasi interpersonal
·        Kelompok Bimbingan-Inspirasi
·        Terapi Berorientasi Psikoanalitik

B.   TERAPI KELUARGA
1.     Konsep dasar
Pandangan terapi keluarga tentang kepribadian. Terapi keluarga mempunyai pandangan bahwa kepribadian manusia pertama kalinya dibentuk didalam lingkaran keluarga.

2.     Unsur-unsur terapi
Munculnya gangguan, tujuan terapi, dan peran terapis.
a.      Munculnya gangguan
Terapi keluarga digunakan ketika permasalahan terkait dengan keluarga, seperti suami dengan istri- orang tua dengan anaknya, atau antar saudara.

b.     Tujuan terapi
·        Menurunkan konflik kecemasan keluarga.
·        Meningkatkan kesadaran keluarga terhadap kebutuhan masing-masing keluarga.
·        Meningkatkan hubungan peran yang sesuai.
·        Membantu keluarga untuk menghadapi tekanan dari dalam maupun dari luar keluarga.

c.      Peran terapis
Terapis melakukan pemahaman tentang arti dan peran dari masing-masing keluarga, serta membantu untuk meningkatkan peran serta keluarga agar kuat dalam menghadapi tekanan dari dalam maupun dari luar keluarga.
C.   Terapi bermain
1.     Konsep dasar
Pandangan terapi bermain terhadap kepribadian
        Terapi ini lebih cocok diberikan kepada anak-anak yang berkebutuhan khusus, pandangan terapi bermain adalah setiap anak yang mempunyai kebutuhan khusus memiliki kepribadian yang relatif sama hanya penanganannya yang berbeda.

2.     Unur-unsur terapi
Munculnya gangguan, tujuan terapi, peran terapis.
a.      Munculnya gangguan
Terapi diberikan ketika seorang anak mengalami gejala-gejala yang lain daripada anak lainya seperti hyperaktif.

b.     Tujuan terapi
Mengembangkan gerak seorang anak (psyhcomotorik) serta adaptasi sosial seorang anak.

c.      Peran terapis
Terapis turut serta dalam permainan anak.
D.   Review
Sebutkan tokoh dari terapi–terapi di bawah ini, dan jelaskan teknik–teknik terapinya.
1.     Terapi Psikoanalisis (Sigmund Freud)
a.      Free Association : adalah suatu metode pemanggilan kembali pengalaman2 masa lalu & pelepasan emosi2 yg berkaitan dengan situasi2 traumatik di masa lalu.
b.     Analisis Transferensi : Adalah teknik utama dalam Psikoanalisis karena mendorong klien untuk menghidupkan kembali masa lalu nya dalam terapi.
c.      Analisis Resistensi : Ditujukan untuk membantu klien agar menyadari alasan-alasan yang ada dibalik resistensi sehingga dia bisa menanganinya.
d.     Analisis Mimpi : Suatu prosedur yg penting untuk menyingkapi bahan-bahan yang tidak disadari dan memberikan kepada klien atas beberapa area masalah yang tak terselesaikan.
2.     Terapi Humanistik Eksistensial (Carl Rogers)
a.      Person-Centered Therapy (Carl R. Rogers)
b.     Gestalt Therapy (Fritz Perls)
c.      Transactional Analysis (Eric Berne)
d.     Rational-Emotive Therapy (Albert Ellis)
e.      Existential Analysis (Rollo May, James F. T. Bugental) dan Logotherapy (Viktor Frankl)
3.     Person-Centered Therapy (Carl R. Rogers)
a.      Empati
Empati adalah kemampuan terapis untuk merasakan bersama dengan klien dan menyampaikan pemahaman ini kembali kepada mereka. Empati adalah usaha untuk berpikir bersama dan bukan berpikir tentang atau mereka. Rogers mengatakan bahwa penelitian yang ada makin menunjukkan bahwa empati dalam suatu hubungan mungkin adalah faktor yang paling berpengaruh dan sudah pasti merupakan salah satu faktor yang membawa perubahan dan pembelajaran.                         
b.     Positive Regard (acceptance)                                                     Positive Regard yang di kenal juga sebagai akseptansi adalah geunine caring yang mendalam untuk klien sebagai pribadi – sangat menghargai klien karena keberadaannya.                                                       
c.      Congruence
Congruence / Kongruensi adalah kondisi transparan dalam hubungan tarapeutik dengan tidak memakai topeng atau pulasan – pulasan.
Menurut Rogers perubahan kepribadian yang positif dan signifikan hanya bisa terjadi di dalam suatu hubungan.
4.     Logotherapy (Frankl)
Victor Frankl dikenal sebagai terapis yang memiliki pendekatan klinis yang detail. Diantara teknik-teknik tersebut adalah yang dikenal dengan intensi paradoksal, yang mampu menyelesaikan lingkaran neurotis yang disebabkan kecemasan anti sipatori dan hiper-intensi. Intensi paradoksal adalah keinginan terhadap sesuatu yang ditakuti.
Teknik terapi Frankl yang kedua adalah de-refleksi. Frankl percaya bahwa sebagian besar persoalan kejiwaan berawal dari perhatian yang terlalu terfokus pada diri sendiri. Dengan mengalihkan perhatian dari diri sendiri dan mengarahkannya pada orang lain, persoalan-persoalan itu akan hilang dengan sendirinya.
5.     Analisis Transaksional (Berne)
a.      Permission : Memperbolehkan klien melakukan apa yang tidak boleh dilakukan oleh orang tuanya.
b.     Protection : Melindungi klien dari ketakutan karena klien disuruh melanggar terhadap peraturan orang tuanya.
c.      Potency : Mendorong klien untuk menjauhkan diri klien dari injuction yang diberikan orang tuanya.
d.     Operation
e.      Interrogation : Mengkonfrontasikan kesenjangan-kesenjangan yang terjadi pada diri klien sehingganya berkembang respon adult dalam dirinya.
f.       Specification : Mengkhususkan hal-hal yang dibicarakan sehingganya klien paham tentang ego statenya.
g.      Confrontation : Menunjukkan kesenjangan atau ketidak beresan pada diri klien
h.     Explanation : Transaksi adult-adult yang terjadi antara konselor dengan klien untuk menejlaskan mengapa hal ini terjadi (konselor mengajar klien).
i.       Illustration : Memberikan contoh pengajaran kepada klien agar ego statenya digunakan secara tepat.
j.       Confirmation : Mendorong klien untuk bekerja lebih keras lagi.
k.     Interpretation : Membantu klien menyadari latar belakang dari tingkah lakunya.
l.       Crystallization : Menjelaskan kepada klien bahwasanya klien sudah boleh mengikuti games untuk mendapatkan stroke yang diperlukannya.
6.     Rational Emotive Therapy (Ellis)
a.      Teknik-Teknik Emotif (Afektif)
·        Assertive adaptive
Teknik yang digunakan untuk melatih, mendorong, dan membiasakan klien untuk secara terus-menerus menyesuaikan dirinya dengan tingkah laku yang diinginkan. Latihan-latihan yang diberikan lebih bersifat pendisiplinan diri klien.
·        Bermain peran                                                          
Teknik untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang menekan (perasaan-perasaan negatif) melalui suatu suasana yang dikondisikan sedemikian rupa sehingga klien dapat secara bebas mengungkapkan dirinya sendiri melalui peran tertentu.
·        Imitasi
Teknik untuk menirukan secara terus menerus suatu model tingkah laku tertentu dengan maksud menghadapi dan menghilangkan tingkah lakunya sendiri yang negatif.
7.     Teknik Perilaku (Behavior Therapy)
a.      Desensitisasi sistematik dipandang sebagai proses deconditioning atau counterconditioning. Prosedurnya adalah memasukkan suatu respons yang bertentangan dengan kecemasan, seperti relaksasi. Individu belajar untuk relaks dalam situasi yang sebelumnya menimbulkan kecemasan.
b.     Flooding adalah prosedur terapi perilaku di mana orang yang ketakutan memaparkan dirinya sendiri dengan apa yang membuatnya takut, secara nyata atau khayal, untuk periode waktu yang cukup panjang tanpa kesempatan meloloskan diri.
c.      Penguatan sistematis (systematic reinforcement) didasarkan atas prinsip operan, yang disertai pemadaman respons yang tidak diharapkan. Pengkondisian operan disertai pemberian hadiah untuk respons yang diharapkan dan tidak memberikan hadiah untuk respons yang tidak diharapkan.
d.     Pemodelan (modeling) yaitu mencontohkan dengan menggunakan belajar observasionnal. Cara ini sangat efektif untuk mengatasi ketakutan dan kecemasan, karena memberikan kesempatan kepada klien untuk mengamati orang lain mengalami situasi penimbul kecemasan tanpa menjadi terluka. Pemodelan lazimnya disertai dengan pengulangan perilaku dengan permainan simulasi (role-playing).
e.      Regulasi diri melibatkan pemantauan dan pengamatan perilaku diri sendiri, pengendalian atas kondisi stimulus, dan mengembangkan respons bertentangan untuk mengubah perilaku maladaptif.
8.     Terapi Kelompok (Samuel Slavson)
a.      Kelompok eksplorasi interpersonal
b.     Kelompok Bimbingan-Inspirasi
c.      Terapi Berorientasi Psikoanalitik
9.     Terapi Keluarga (Gregory Bateson)
a.      Klien berbicara dengan terapis, bukan dengan sesama anggota keluarga. Ini untuk menjaga agar reaktivitas emosional tetap rendah.
b.     Genograms merupakan peta yang merepresentasikan paling tidak tiga generasi dalam keluarga.
c.      Detriangulating yaitu tetap bersikap objektif dan tidak memihak.
10.            Terapi Bermain (Santrock)
a.      Nilai Terapiutik dari Permainan        
Saat anak mengeluarkan perasaannya melalui permaianan, maka mereka membawa perasaan tersebut ke dalam tingkat kesadaran, sehingga akhirnya mereka akan terbuka, menerima dan belajar mengendalikan atau menolaknya.
b.     Kepada Siapa Terapi Bermain Diberikan     
Terapi bermain dapat dipakai baik sebagai asesmen maupun sebagai terapi. Sebagai sebuah terapi, terapi bermain dapat diberikan kepada anak yang :
·        Mempunyai pengalaman diperlakukan dengan kejam dan diabaikan.
·        Gangguan emosi dan skizofren.
·        Takut dan cemas.
·        Mengalami masalah penyesuaian sosial.
·        Kesulitan bicara.
·        Mengalami gangguan visual spatial.
·        Anak penyandang autism.
c.      Prosedur dalam Terapi Bermain.
·        Fase Persiapan :         
Sebelum memasuki fase terapi bermain anak harus disiapkan sehingga mereka tahu apa yang akan dihadapi dan akan dilakukannya. Guru bercerita bahwa nanti ada banyak permainan dan kamu pasti akan senang serta menjelaskan bahwa proses ini akan membantu anak menemukan hal yang lebih baik.
·        Proses Terapi Bermain :      
Menggambarkan lima tahap dimana anak yang mengalami gangguan emosi berkembang menuju ekspresi diri dan kesadaran diri dalam proses terapi permainan :
   Emosi negative terekspresikan secara menyebar ditempat klien bermain. Misalnya ekspresi dari reaksi terhadap kekerasan         tersebar pada ruang bermain, alat permainan, atau pada terapis.
   Anak mengekspresikan emosi yang bertentangan, misalnya antara kecemasan dengan kekasaran.
   Anak lebih focus dalam mengekspresikan emosi negative, misalnya pada orang tua, diri sendiri, atau orang lain dalam                  hidupnya.
   Emosi dan sikap yang bertentangan, negative dengan positif, kembali terjadi dengan focus pada orang tua, diri anak atau              orang lain.
   Anak mengekspresikan tilikan diri dan pemahaman atas emosi negative ataupun positif yang ada pada dirinya dengan jelas,         terbedakan, terpisah dan realistic dengan sikap posiif yang lebih dominan.
d.     Hal Penting Sesudah Terapi Bermain.         
Jika Terapi bermain selesai, sebaiknya anak tersebut dibiarkan dulu, jangan ditanya tentang apa yang terjadi dan bagaimana perasaannya selama bermain. Akan tetapi hal tersebut diperbolehkan jika anak yang lebih dulu memulai pembicaraan tentang yang terjadi. Baru anak tersebut setelah sampai di rumah disuruh menggambar atau melukis.
Nama : Rahayu Wulandari Angsar
NPM: 15511764
Kelas : 3PA11
Sumber:
http://berobat-jalan.blogspot.com/2013/03/terapi-bermain-play-therapy.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar