Kamis, 29 Maret 2012

Ulah Tikus-tikus Kantor


Makin kacau saja Negara Indonesia. Kapan Indonesia akan tentram? Lagi-lagi soal uang.
Sepertinya ‘tikus-tikus’ Indonesia tergila-gila dengan kekayaan.
Marak di media massa ataupun elektronik yang di beritakan selalu saja ada para koruptor. Mencari kekayaan melalui uang rakyatnya.
Sebenarnya apa yang di cari lagi oleh mereka? Padahal mempunyai pekerjaan tetap, mempunyai gaji yang cukup untuk menghidupi keluarga, dan fasilitas yang bagus. Sedangkan rakyat kecil sangat banyak yang membutuhkan pekerjaan tetap sesuai kemampuannya untuk kelangsungan hidupnya. Uang rakyat digunakan untuk mensejahterakan kepentingan rakyat juga.
Dari pada korupsi masuk rumah tahanan, dosa besar, kenapa tidak di pergunakan misalnya, untuk membangun sekolah untuk rakyat kurang mampu, membangun jembatan di garut yang sudah rusak berat, atau untuk membuat lapangan kerja bagi para pengangguran, memperbaiki jalan rusak, dan membangun taman untuk mencegah global warming, itu bisa membantu sedikit rakyat Indonesia untuk membangun keterpurukan ekonomi di negara kita.
Banyak pencuri, perampok, dan pengemis itu karena tidak memiliki pekerjaan, bahkan tidak ada pekerjaan untuk mereka. Pengemis di tangkap untuk membersihkan jalan. Hal seperti itu di lakukan dengan modal nekat karena mereka ingin bertahan hidup. Mereka bisa di beri training dahulu dalam lapangan kerja. Bukan harus mempunyai pendidikan tinggi, percuma memiliki pendidikan tinggi tetapi skillnya tidak ada.
Dan jangan heran dengan musim demonstrasi sekarang ini di Negara kita, itu karena rakyat butuh keadilan pemerintahnya. Tetapi untuk pemerintah yang jujur jangan sampai tergoda untuk melakukan korupsi. Dan kenyataannya para koruptor di rumah tahanan ternyata sangat mewah yang mereka tempati. Hukum di Indonesia juga bisa di beli oleh para koruptor. Sedangkan pencuri sandal, pencuri piring, dan pencuri ayam di hukum berat.
Yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin. Yang korupsi tidak tanggung jawab, rakyat kecil yang sengsara. Mana sikap memanusiakan manusia? Pemerintahnya saja tidak empati terhadap rakyat.
Ayo bangun Indonesia. Memanhnya tidak malu dengan Negara lain? Pulau-pulai di perjual-belikan, lalu uangnya di kemanakan? Dari pemerintah dahulu yang bijak, setelah itu rakyatnya. Kalau pemerintahnya saja buat onar bagaimana rakyatnya bisa damai dan tentram?

Contoh kasus yang mempengaruhi IQ dari Kelas sosial


Ada dua keluarga yang berbeda. Keluarga pertama, orangtuanya berjualan ikan, berjualan dari pagi hingga menjelang malam. Orangtunya tidak tamat sekolah, tetapi mereka sangat peduli dengan pendidikan anaknya. Walaupun rakyat kecil tetapi anaknya di sekolahkan di sekolah yang berkualitas baik, dan kedua anaknya pun di les privatkan. Orangtuanya berambisi bagaimanapun anaknya harus pintar dan tidak seperti mereka. Dan ternyata ayahnya dari cara bicara cukup cerdas pemikirannya, hanya dahulu tidak memiliki kesempatan dari kelas sosial.
Dan di lain sisi, keluarga kedua ayah dan ibuya seorang dosen dan kuliah lagi untuk mendapatkan S3. Tetapi anaknya hanya di sekolahkan di sekolah biasa. Orangtuanya tidak mementingkan pendidikan anak melainkan mementingkan pendidikan mereka sendiri. Menurut mereka, yang penting anak mereka sekolah. Sehingga anaknya menjadi trouble maker, karena sering main dan kurang di pedulikan pendidikannya oleh orangtua.
Jadi, sikap orangtua sangat berpengaruh, mana yang peduli pendidikan anaknya dan mana yang tidak dari sudut pandang kelas sosial. Belum tentu orangtuanya pintar lalu anaknya pun pintar, dan belum tentu anak yang kurang pintar itu karena orang tuanya tidak tamat sekolah atau tidak pintar.

Sumber :          Dosen Mata kuliah Psikologi Pendidikan