A. Pengantar
1.
Definisi
Manajemen
Secara etimologis
manajemen berasal dari kata “management” yang artinya ketatalaksanaan, tata
pimpinan, dan pengelolaan. Dalam bahasa Arab istilah manajemen diartikan
sebagai an-nizam, yang merupakan
suatu tempat untuk menyimpan segala sesuatu dan penempatan segala sesuatu pada
tempatnya.
Secara terminology yang diambil
kesimpulannya menurut para ahli manajemen adalah serangkaian kegiatan
merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan, mengendalikan, dan mengembangkan
segala upaya dalam mengatur dan mendaya gunakan sumber daya manusia, sarana dan
prasarana untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan secara efektif
dan efisien.
Pengertian
Psikologi manajemen
Psikologi manajemen adalah suatu studi
tentang tingkah laku manusia yang terlibat dalam proses manajemen dalam rangka
melaksanakan funsi-fungsi manajemen untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya
2. Definisi Kepemimpinan
Pemimpin
adalah seseorang yang memiliki kemampuan dalam arti mampu untuk mempengaruhi
perilaku orang lain dan kelompok tanpa menghiraukan bentuk alasannya.
Kepemimpinan
atau leadership merupakan inti dari manjemen dan inti dari kepemimpinan yang
menggunakan prinsip hubungan manusia (human relation). Maka buruknya suatu
kepemimpinan seseorang tergantung pada baik nuruknya human relations para
pemimpin yang melaksanakan kepemimpinannya. Definisi kepemimpinan adalah
keseluruhan aktivitas dalam rangka mempengaruhi orang-orang, agar mau
bekerjasama untuk mencapai tujuan yang memang dikehendaki bersama.
Perilaku yang biasanya muncul kepermukan dan mudah sekali di observasi sebagai seorang pemimpin adalah :
1.
Memiliki
kepedulian yang tinggi terhadap kebutuhan anak buahnya
2.
Membangun
pengertian bahwa suatu pekerjaan penting untuk diselesaikan tepat waktu sesuai
dengan target yang ditetapan
3.
Mempunyai
kemampuan menyampaikan visi secara jelas
4.
Keterlibatannya
dalam suatu pekerjaan selalu memberi arti lebih bagi tim
5.
Mampu
mengambil keputusan dan tindakan tepat yang harus dilakukan tim
6.
Dapat
memotivasi tim melakukan pekerjaan sesuai arahannya
3. Teori
Kepemimpinan Contingency Fiedler (Matching Leaders and Task)
Model contingency dari
kepemimpinan yang efektif
dikembangkan oleh Fiedler (1967). Menurut model ini, maka the performance of
the group is contingent upon both the motivation system of the leader and the
degree to which the situational favorableness(Fiedler, 1974; 73). Dengan
perkataan lain, tinggi rendahnya prestasi kerja satu kelompok dipengaruhi oleh
system motivasi dari pemimpin dan sejauh mana pemimpin dapat mengendalikan dan
mempengaruhi suatu situasi tertentu.
Situasi yang mengungtungkan (situational
favorableness), yaitu sejauh mana pemimpin dapat mengendalikan dan
mempengaruhi situasi tertentu, ditentukan oleh tiga variable situasi, yaitu:
- Hubungan pemimpin-anggota (leader-member relations): hubungan pribadi pemimpin dengna anggota kelompoknya. Variable ini ditaksir melalui jawaban pemimpin terhadap 10 sampai 20 skala semantic differential yang digunakan untuk menilai konsep dibatasi oleh sepasang kata sifat yang bipolar, dan suasana kelompok diharkat (rated) sesuai dengan dimana tempatnya pada garis bersinambung.
- Struktur tugas (task structure). Derajat struktur dari tugas yang diberikan kepada kelompok untuk dikerjakan. Cirri ini ditaksir melalui empat skala pengharkatan yang dikembangkan oleh Shaw, yaitu tentang Gool Clariry, Gool-path multiplicity, decision Verifibility dan Decesion specificity (Fiedler & Chemers, 1974).
- Kekuasaan kedudukan (position power). Kekuasaan dan kewenangan yang terkait dalam kedudukannya. Besar kecilnya variable ini diukir dengan suatu checklist, yang disusun oleh Hunt, yang terdiri dari 18 butir pertanyaan, yang dijawab oleh seorang penimbang (judge) yang terdiri (independent) dengan jawaban “ya” atau “tidak”. Misalnya: (a) Can the supervisor recommend subordinate rewards and punishments to his boss? (b) Can the supervisor punish or reward subordinates on his own? (c) etc. (Fiedler & Chemers, 1974).
4. Model
Kepemimpinan Normatif Menurut Vroom & Yetton
Salah
satu tugas utama dari seorang pemimpin adalah membuat keputusan. Karena
keputusan2 yg dilakukan para pemimpin sering kali sangat berdampak kpd para
bawahan mereka, maka jelas bahwa komponen utama dari efektifitas pemimpin
adalah kemampuan mengambil keputusan yang sangat menentukan keberhasilan ybs
melaksanakan tugas2 pentingnya. Pemimpin yang mampu membuat keputusan dengan
baik akan lebih efektif dalam jangka panjang dibanding dengan mereka yg tidak
mampu membuat keputusan dengan baik. Dalam
mengambil keputusan, bagaimana pemimpin memperlakukan bawahannya? Dengan kata
lain seberapa jauh para bawahannya diajak berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan?
Sebagaimana
telah kita pahami bahwa partisipasi bawahan dalam pengambilan keputusan dapat
meningkatkan kepuasan kerja, mengurangi stress, dan meningkatkan
produktivitas.Namun seberapa jauh partisipasi bawahan dalam pengambilan
keputusan akan diberikan pemimpinnya? Jawabannya adalah Normative Theory dari
Vroom and Yetton.
Vroom
dan Yetton (1973) mengembangkan model kepemimpinan normatif dalam 3 kunci
utama: metode taksonomi kepemimpinan, atribut-atribut permasalahan, dan pohon
keputusan (decision tree). 5 tipe kunci metode kepemimpinan yang
teridentifikasi (Vroom & Yetton, 1973):
1. Autocratic I: membuat
keputusan dengan menggunakan informasi yang saat ini terdapat pada pemimpin.
2.
Autocratic
II: membuat keputusan dengan menggunakan informasi yang terdapat pada seluruh
anggota kelompok tanpa terlebih dahulu menginformasikan tujuan dari penyampaian
informasi yang mereka berikan.
3.
Consultative
I: berbagi akan masalah yang ada dengan individu yang relevan, mengetahui
ide-ide dan saran mereka tanpa melibatkan mereka ke dalam kelompok; lalu
membuat keputusan.
4.
Consultative
II: berbagi masalah dengan kelompok, mendapatkan ide-ide dan saran mereka saat
diskusi kelompok berlangsung, dan kemudian membuat keputusan.
5.
Group
II: berbagi masalah yang ada dengan kelompok, mengepalai diskusi kelompok,
serta menerima dan menerapkan keputusan apapun yang dibuat oleh kelompok.
5. Path
Goal Theory dalam Kepemimpinan
Sekarang ini salah
satu pendekatan yang paling diyakini adalah teori path-goal, teori path-goal
adalah suatu model kontijensi kepemimpinan yang dikembangkan oleh Robert House,
yang menyaring elemen-elemen dari penelitian Ohio State tentang kepemimpinan
pada inisiating structure dan consideration serta teori
pengharapan motivasi.
Menurut teori path-goal,
suatu perilaku pemimpin dapat diterima oleh bawahan pada tingkatan yang
ditinjau oleh mereka sebagai sebuah sumber kepuasan saat itu atau masa
mendatang. Perilaku pemimpin akan memberikan motivasi sepanjang (1) membuat
bawahan merasa butuh kepuasan dalam pencapaian kinerja yang efektif, dan (2)
menyediakan ajaran, arahan, dukungan dan penghargaan yang diperlukan dalam
kinerja efektif (Robins, 2002).
Bawahan sering
berharap pemimpin membantu mengarahkan mereka dalam mencapai tujuan. Dengan
kata lain bawahan berharap para pemimpin mereka membantu mereka dalam
pencapaian tujuan2 bernilai mereka. Ide di atas memainkan peran penting dalam
House’s path-goal theory yang menyatakan bahwa kegiatan2 pemimpin yang
menjelaskan bentuk tugas dan mengurangi atau menghilangkan berbagai hambatan
akan meningkatkan persepsi para bawahan bahwa bekerja keras akan mengarahkan ke
kinerja yg baik dan kinerja yg baik tsb selanjutnya akan diakui dan diberikan
ganjaran.
Model kepemimpinan path-goal
berusaha meramalkan efektivitas kepemimpinan dalam berbagai situasi.
Menurut model ini, pemimpin menjadi efektif karena pengaruh motivasi mereka
yang positif, kemampuan untuk melaksanakan, dan kepuasan pengikutnya. Teorinya
disebut sebagai path-goal karena memfokuskan pada bagaimana pimpinan
mempengaruhi persepsi pengikutnya pada tujuan kerja, tujuan pengembangan diri,
dan jalan untuk menggapai tujuan.
Model path-goal menjelaskan
bagaimana seorang pimpinan dapat memudahkan bawahan melaksanakan tugas dengan
menunjukkan bagaimana prestasi mereka dapat digunakan sebagai alat mencapai
hasil yang mereka inginkan. Teori Pengharapan (Expectancy Theory)
menjelaskan bagaimana sikap dan perilaku individu dipengaruhi oleh hubungan
antara usaha dan prestasi (path-goal) dengan valensi dari hasil (goal
attractiveness). Individu akan memperoleh kepuasan dan produktif ketika
melihat adanya hubungan kuat antara usaha dan prestasi yang mereka lakukan
dengan hasil yang mereka capai dengan nilai tinggi. Model path-goal juga
mengatakan bahwa pimpinan yang paling efektif adalah mereka yang membantu
bawahan mengikuti cara untuk mencapai hasil yang bernilai tinggi. Model path-goal
menganjurkan bahwa kepemimpinan terdiri dari dua fungsi dasar:
- Fungsi Pertama; adalah memberi kejelasan alur. Maksudnya, seorang pemimpin harus mampu membantu bawahannya dalam memahami bagaimana cara kerja yang diperlukan di dalam menyelesaikan tugasnya.
- Fungsi Kedua; adalah meningkatkan jumlah hasil (reward) bawahannya dengan memberi dukungan dan perhatian terhadap kebutuhan pribadi mereka.
B. Perencanaan, Penetapan Manajemen
1.
Definisi
dari Perencanaan Manajemen
Dalam
manajemen, perencanaan adalah proses
mendefinisikan tujuan organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu,
dan mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi. Perencanaan merupakan
proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena
tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain pengorganisasian, pengarahan, dan
pengontrolan tak akan dapat berjalan.
Rencana dapat berupa rencana informal atau rencana formal.
Rencana informal adalah rencana yang tidak tertulis dan bukan merupakan tujuan
bersama anggota suatu organisasi. Sedangkan rencana formal adalah rencana
tertulis yang harus dilaksanakan suatu organisasi dalam jangka waktu tertentu.
Rencana formal merupakan rencana bersama anggota korporasi, artinya, setiap
anggota harus mengetahui dan menjalankan rencana itu. Rencana formal dibuat
untuk mengurangi ambiguitas dan menciptakan kesepahaman tentang apa yang harus
dilakukan.
2. Langkah-Langkah dalam Menyusun
Perencanaan Manajemen
Anasir dasar pengambilan keputusan bagi pimpinan suatu lembaga/
organisasi mutlak diperlukan, yaitu proses memilih dan mengembangkan
langkah-langkah yang akan diambil dalam menghadapi tantangan maupun masalah
dalam organisasi/ institusi/ lembaga. Perancanaan adalah masuk dalam salah satu
konsep yang dikemukakan oleh G.R. Terry
yaitu terkenal dengan POAC, planning, organizing, actuating dan
controlling-nya.
Perencanaan (Planning) ialah fungsi manajemen yang
harus bisa menjawab rumus 5W+1H. WHAT(apa) yang akan dilakukan, WHY (mengapa)
harus melakukan apa, WHEN (kapan) melakukan apa, WHERE (dimana) melakukan apa,
WHO (siapa) yang melakukan apa, HOW (bagaimana) cara melakukan apa.
Pemimpin lembaga/ oragnisasi/ institusi tersebut harus
mengambil prediksi-presdiksi keputusan yang akan terjadi untuk masa mendatang.
Pimpinan tersebut harus memutuskan sasaran yang akan dicapai, analisa
kepegawaian yang akan mengoperasikannya dimasa yang akan datang, berapa banyak
jumlahnya dan mengaplikasikannya untuk dalam mencapi tujuan yang diinginkan.
Elemen-elemen terkait dalam suatu lembaga harus memiliki kajian-kajian,
misalnya dengan diadakannya “Rapat Staf atau Staf Meeting “. Salah satu
keunggulan saat melaksanakan staf meeting adalah menggali ide-ide kreatif yang
berguna demi kesinambungan institusi, mencapai satu visi misi bersama sehingga
arah dan tujuan lembaga tersebut tertera jelas. Sikap fleksibel juga mutlak
diperlukan untuk menghadapi segala macam perubahan.
3. Manfaat Perencanaan dalam Suatu
Organisasi
a.
Membantu manajemen untuk menyesuaikan
diri dengan perubahan-perubahan lingkungan
b.
Membuat tujuan lebih khusus, terperinci
dan lebih mudah dipahami
c.
Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti
d.
Manajer dapat memahami keseluruhan
gambaran operasi lebih jelas
4. Jenis-jenis Perencanaan dalam Organisasi
Melihat
tingkat hirarkis, ada tiga jenis perencanaan: perencanaan strategis, taktis dan
operasional.
Perencanaan Strategis
Perencanaan Strategis
Perencanaan
strategis dianggap oleh organisasi secara keseluruhan dan dihasilkan oleh
tingkat hirarki yang lebih tinggi dari sebuah organisasi. Berkaitan dengan
tujuan jangka panjang dan strategi dan tindakan untuk mencapainya.
Perencanaan
ini merupakan proses dimana eksekutif / top manajer meramal arah jangka panjang
dari suatu entitas dengan menetapkan target spesifik pada kinerja, dengan
mempertimbangkan kondisi internal dan eksternal untuk melakukan tindakan
perencanaan yang dipilih.
Hal
ini biasanya dilakukan dalam organisasi pada tingkat manajerial, atau tingkat
tertinggi perintah, yang dilakukan dengan cara taktik dan prosedur yang
digunakan untuk mencapai tujuan tertentu atau diberikan perencanaan jangka
panjang lebih dari 5 tahun.
Perencanaan
strategis juga merupakan suatu hal untuk merencanakan strategi dalam segala
hal, atau dalam kehidupan sehari-hari setiap orang.
Perencanaan Taktis / Taktik
Pada
tingkat kedua dari perencanaan, taktis, kinerja berada dalam setiap area
fungsional bisnis, termasuk sumber daya tertentu. Perkembangannya terjadi oleh
tingkat organisasi menengah, bertujuan untuk efisiensi penggunaan sumber daya
yang tersedia untuk jangka menengah proyeksi. Dalam perusahaan besar dengan
mudah mengidentifikasi tingkat perencanaan, yang diberikan oleh setiap kepala
bagian.
Bagian
taktis merupakan proses yang berkelanjutan, yang bertujuan dalam waktu dekat,
merampingkan pengambilan keputusan dan menentukan tindakan. Bagian Ini
dilakukan secara sistemik karena merupakan totalitas yang dibentuk oleh sistem
dan subsistem, seperti yang terlihat dari sudut pandang sistemik. Apakah
iteratif, dan proyek mana yang harus fleksibel dan menerima penyesuaian dan
koreksi. Teknik ini memungkinkan pengukuran siklus dan evaluasi sebagai
dijalankan yang secara dinamis dan interaktif dilakukan dengan orang lain, dan
merupakan teknik yang mengkoordinasikan berbagai kegiatan . untuk mencapai
tujuan yang diinginkan dari efisiensi.
Perencanaan Operasional
Perencanaan Operasional
Ketidakpastian
yang disebabkan oleh tekanan dan pengaruh lingkungan harus berasimilasi pada
pertengahan atau taktik yang harus mengkonversi dan menafsirkan keputusan
strategis, tingkat tertinggi, ke dalam rencana konkrit di tengah dan membuat
rencana yang akan dilakukan dan, pada gilirannya, dibagi lagi menjadi rencana
operasional dan rincian yang akan dijalankan pada tingkat operasional.
Karena
jadwal pada tingkat operasional sesuai dengan set bagian homogen dari
perencanaan taktis, yaitu, mengidentifikasi prosedur spesifik dan proses yang
diperlukan di tingkat bawah organisasi, menyajikan rencana aksi atau rencana
operasional. Hal ini dihasilkan oleh tingkat organisasi yang lebih rendah,
dengan fokus pada kegiatan rutin perusahaan, oleh karena itu, rencana
dikembangkan untuk waktu yang singkat.
Perencanaan
Operasional ini dilakukan pada karyawan di tingkat terendah dari organisasi.
Membuat perencanaan kecil sebuah organisasi dan merinci bagaimana tujuan akan
dicapai. Bahkan, semua titik dasar perencanaan terjadi di tingkat operasional,
yang sangat mempengaruhi dan menentukan, bersama dengan, hasil taktik.
Termasuk
tugas-tugas operasional dan skema operasi yang benar dan efisien dalam
menjalani sistem pendekatan reduksionis proses khas ditutup. Hal ini dilakukan
berdasarkan proses diprogram dan teknik komputasi. Ini mengubah ide menjadi
kenyataan, atau mengeksekusi tujuan dari suatu tindakan melalui berbagai rute,
jangka pendek pekerjaan umumnya kurang dari 1 tahun.
Perencanaan Normatif
Mengacu
pada penciptaan standar, kebijakan serta peraturan yang ditetapkan untuk
operasi organisasi. Hal ini bergantung pada pembentukan standar, metodologi dan
metode untuk berfungsinya kegiatan yang direncanakan.
Standar-standar
tentang pendirian aturan dan / atau undang-undang dan / atau kebijakan dalam
setiap kelompok atau organisasi, terutama untuk menjaga pengendalian,
pemantauan dan pengembangan perencanaan dan pengembangan standar dan kebijakan.
Perencanaan berhubungan erat dengan desain struktur organisasi. Ini berlaku di
daerah yang sangat spesifik, yang umumnya adalah mereka yang mengawasi dan
menentukan aspek pada tingkat lainnya tidak dapat dipisahkan.